Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Keluarga dan Pemuridan

Keluarga dan Pemuridan Matius 4:19   Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Tuhan Yesus memanggil para murid dan mengajak mereka untuk mengikuti-Nya. Tuhan mau mereka hidup bersama dengan-Nya, sehingga bisa melihat, mendengar dan mengalami langsung kehidupan Tuhan Yesus. Tuhan menginginkan agar mereka bisa mengerti isi hati-Nya, visi-Nya, rencana dan kehendak-Nya. Tuhan tidak ingin mereka mengikut-Nya tapi dengan cara, keinginan dan rencana mereka sendiri. Tuhan tahu bahwa jika mereka menjalani kehidupan mereka dengan cara, keinginan dan rencana mereka sendiri, maka hasilnya adalah kesia-siaan. Prinsip “hidup bersama” dalam pemuridan paling efektif dilakukan di dalam keluarga. Di dalam keluarga, setiap anggota keluarga “dipaksa” untuk hidup bersama. Mau tidak mau, hidup bersama. Karena itu, seorang anak bisa belajar dari orangtuanya tentang firman Tuhan melalui kehidupan bersama dengan orang tuanya.

Khotbah: Berbahagialah Orang Yang Miskin Di Hadapan Allah

Khotbah: Berbahagialah Orang Yang Miskin Di Hadapan Allah Matius 5:3 Pengajaran yang Yesus sampaikan dalam Matius 5-7 disebut juga dengan Khotbah di Bukit. Hal ini merupakan pengajaran yang Yesus sampaikan kepada orang-orang yang mengikut-Nya (Matius 4:18-25). Tuhan menginginkan agar setiap orang yang mengikut-Nya mengalami pembaharuan di dalam seluruh aspek, misalnya konsep nilai, pemahaman teologi, dsb. Dengan demikian, setiap pengikut-Nya menjadi orang yang serupa dengan-Nya. Matius 5:3, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” merupakan pengajaran yang mengubah paradigma para murid tentang kebahagiaan. KEBAHAGIAAN DAN KEMISKINAN? Tuhan Yesus mengaitkan “kebahagiaan” dengan “miskin.” Ini adalah hal  yang sangat sulit untuk bisa dipahami karena manusia pada umumnya mengaitkan kebahagiaan dengan kekayaan. Namun, benarkah demikian? Apakah kekayaan bisa menjamin kebahagiaan? Atau sebaliknya, apakah kemiskinan bisa menjamin k