Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

Khotbah: Menjadi Berkat Bagi Bangsa

Yeremia 29:1-14 Dalam perikop yang kita baca, kita melihat bahwa Israel masuk ke dalam kategori kerajaan yang gagal. Namun, ada satu yang perlu dicatat bahwa di dalam kegagalan dan kehancuran mereka, Tuhan menjanjikan pemulihan, penyertaan dan pemeliharaan. Dalam kegagalan mereka, Tuhan mengajar mereka untuk tetap melihat bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat dan berkuasa atas seluruh alam semesta ini, termasuk atas bangsa-bangsa. Dari sini, hendaknya kita pun menaruh pengharapan dan kepercayaan kepada Allah berkenaan dengan kondisi negara kita, bahwa Allah yang sama akan memelihara dan menyertai umat-Nya di Indonesia. Melalui kegagalan dan kehancuran Israel ini, kita bisa mempelajari beberapa hal. 1.         Tuhan punya rencana untuk hidup kita, “... kemana kamu Aku buang...” (ayat 7 dan 14) . Kalau kita perhatikan ayat-ayat ini, kita menemukan bahwa Allah berperan aktif dalam kisah pembuangan bangsa Yahudi ke Babel. Hal ini dilakukan Allah karena kejahatan dan dosa ba

Khotbah: Menjadi Keluarga Yang Menjadi Berkat

Ibu Teresa menggunakan slogan “ Small Things With Great Love ” (melakukan hal-hal kecil tapi dengan cinta kasih yang besar) dalam melayani Tuhan di India. Dengan slogan ini, ia terjun ke jalan-jalan, memberi makan orang-orang yang kelaparan, menyentuh orang-orang yang “terhina, ” mengangkat yang “terbuang.” Kasih yang besar yang dimaksud tentu menunjuk pada kasih Kristus yang telah diterimanya dalam hidupnya. Sesungguhnya, ibu teresa adalah wanita biasa, yang sama dengan wanita lainnya. Ia tidak diciptakan menjadi seperti seorang super-woman. Namun yang membedakannya adalah ia memiliki cinta kasih yang besar. Demikian juga dengan Akwila dan Priskila, yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 18, adalah orang-orang yang biasa, namun mereka mempunyai peran yang penting bagi gereja pada waktu itu. Mereka berasal dari Pontus, Italia. Mereka pindah ke Korintus dan berjumpa dengan Paulus. Bahkan, Paulus menginap di rumah mereka. Pada saat itulah, Paulus banyak mengajar dan membimbing Akwila d

Khotbah: Ketika Ketakutan Membayang

Keluaran 14:1-14 Saya yakin, kita semua pernah mengalami ketakutan. Tentu saja, setiap orang memiliki sebab yang berbeda, satu dengan yang lain. Saya teringat dengan pengalaman di waktu masih kecil, saya pernah dikejar oleh anjing. Waktu itu, saya sedang bermain dengan teman-teman saya – main kejar-kejaran. Nah, di depan saya, ada seekor anjing, yang ukurannya cukup besar. Waktu itu segera saya membayangkan bahwa kalau saya lari ke depan, saya pasti akan dikejar anjing. Tapi, kalau saya balik arah, saya ditangkap teman saya. Setelah berjalan agak pelan-pelan dan ada rasa takut, saya mencoba untuk melewati anjing itu. Waktu dekat dengan anjing itu, ternyata teman saya mengejar saya. Saya pun segera lari. Eh, tak tahunya, anjing itu pun mengejar saya. Saya lari makin kencang dan mulai bingung.  Yang terbayang di pikiran saya: bagaimana kalau saya dikejar anjing? Bagaimana kalau digigit anjing? Tiba-tiba, saya putuskan untuk masuk ke rumah orang. Waktu saya mau masuk ke rum

Khotbah: Hidup Yang Memuliakan Allah

Efesus 2:1-10 Prinsip “hidup memuliakan Allah” ini telah Allah tetapkan sejak Allah menciptakan manusia. Perhatikan ayat 10, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya . Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Pernyataan “untuk” menyatakan tujuan, yakni tujuan kita diciptakan dan diselamatkan. Pernyataan “Ia mau supaya kita hidup di dalamnya” merupakan kehendak dan rencana Allah, yakni Ia menghendaki agar kita melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan-Nya. Di dalam Kitab Kejadian 1-2, kita melihat hal itu: (1) Allah menciptakan manusia seturut dengan gambar dan rupa-Nya; (2) Allah menjadikan manusia sebagai wakil-Nya untuk mengelola taman Eden. Dua hal ini menegaskan bahwa manusia diciptakan dengan istimewa untuk mengerjakan hal-hal yang istimewa. Akan tetapi, Alkitab mencatat bahwa manusia jatuh ke dalam dosa. Sebagai ciptaan yang paling istimewa, justru manusia melakukan tindakan yang menya

Khotbah: Tanggung Jawab Orangtua Dalam Mendidik Anak

Efesus 5:18; 6:4. 5:18  Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, 6:4  Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda tentang keluarga mereka masing-masing. Ada yang mengalami masa-masa yang indah dan menyenangkan. Tapi, ada juga yang mengalami masa-masa yang tidak enak. Bahkan, ada juga yang mengalami kepahitan sedemikian rupa oleh karena keluarga mereka sendiri. Sesungguhnya, ini merupakan keadaan yang sangat menyedihkan. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat yang penuh kehangatan dan kasih sayang, justru berubah menjadi tempat yang tidak diingini. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat untuk bertumbuh dengan sehat, justru berubah menjadi tempat yang membawa luka dan kehancuran. Ironisnya, penyebab semuanya ini adalah anggota keluarga itu sendiri. Melalui surat

Khotbah: Penatalayan Yang Diperkenan Tuhan – Mengelola Waktu

Efesus 5:1, 15-16 Untuk memahami makna dan kegunaan waktu, mari kita tanyakan kepada orang-orang yang pernah kehilangan waktu. Misalnya: 1.     Untuk memahami makna satu tahun, tanyalah seorang siswa yang gagal dalam ujian kenaikan kelas 2.        Untuk memahami makna satu bulan, tanyalah seorang ibu yang melahirkan bayi premature 3.        Untuk memahami makna satu minggu, tanyalah buruh mingguan 4.       Untuk memahami makna satu hari, tanyalah seorang pekerja dengan upah harian 5.       Untuk memahami makna satu jam, tanyalah seorang gadis yang sedang menunggu pacarnya 6.       Untuk memahami makna satu menit, tanyalah seseorang yang ketinggalan kereta. 7.       Untuk memahami makna satu detik, tanyalah seseorang yang selamat dari kecelakaan 8.   Untuk memahami makna satu mili detik, tanyalah seorang pelari yang meraih medali perak olimpiade Dari contoh tersebut, dapat kita simpulkan bahwa 1 detik saja merupakan waktu yang berharga. Karena itu, hendaklah kit

Khotbah: Desain Allah Bagi Pernikahan

Kejadian 1:18-25 Jika kita melihat fenomena pernikahan/keluarga pada masa kini, maka kita akan melihat bahwa banyak hal yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Sebagai contoh: kasus perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, dsb. Hal ini perlu menjadi keprihatinan bersama karena hal-hal itu juga terjadi di dalam pernikahan/keluarga Kristen. Mungkin kita berpikir, “apakah pernikahan secara Kristen tidak cukup untuk membangun pernikahan/keluarga seperti yang Tuhan kehendaki?” Jawabannya adalah YA, itu belum cukup. Karena yang harus kita pikirkan adalah “bagaimana seharusnya membangun keluarga Kristen?” Jika kita bisa membangun keluarga Kristen, maka kita bisa melaksanakan apa yang Tuhan kehendaki. Berdasarkan perikop yang kita baca, maka kita diingatkan bahwa pernikahan Kristen merupakan inisiatif Allah. Ini adalah ide Allah. Karena inisiatif Allah, maka setiap orang yang mau menikah, harus mengerti dulu desain Allah, yakni konsep yang Allah rencanakan bagi pernika

Khotbah: Setia Sampai Akhir

Wahyu 2:8-11 Wahyu 2-3 merupakan pesan-pesan pastoral dari Tuhan Yesus untuk tujuh jemaat yang ada di Asia Kecil. Salah satu pesan tersebut ditujukan kepada jemaat di Smirna, yang pada waktu itu mengalami aniaya karena iman mereka. Tuhan Yesus memberikan pesan ini untuk menghibur dan menguatkan mereka, tapi juga mendorong mereka untuk tetap setia mengikut Yesus (ay. 10). Sebelum jemaat di Smirna menerima pesan ini, mereka sudah setia kepada Yesus walau pun mereka harus menghadapi penganiayaan. Melalui surat ini, Tuhan ingin agar mereka melanjutkan kesetiaan mereka, sampai akhir hidup mereka. Tentu saja ini bukanlah perkara yang gampang untuk dilakukan. Kata “setia” memiliki dua pengertian, yakni pertama, mereka tetap mengikut Yesus, tidak berubah dan taat pada firman Tuhan. Kedua, mereka dapat dipercayai. Maksudnya, selama menghadapi penganiayaan, mereka didapati Tuhan sebagai orang-orang yang dapat dipercayai dalam hal komitmen, kesungguhan, pengabdian, dsb., dan Allah menghe

KTB: Mendukung Anak Dalam Pertumbuhan Rohani

1 Samuel 2:12-18; 22-30 Anak merupakan anugerah Tuhan dalam sebuah keluarga. Karena itu, kita dapat melihat betapa senangnya para orangtua ketika mereka mendapatkan anak. Akan tetapi, Tuhan mempunyai rencana yang lebih besar daripada sekedar memberikan anak kepada para orangtua. Melalui keluarga, Tuhan merencanakan untuk menghadirkan generasi-generasi yang mencintai dan melayani Tuhan. Melalui keluarga, Tuhan merencanakan untuk menghadirkan “gambar Allah” yang akan memberkati dunia. Namun kenyataannya, kita menemukan ada keluarga-keluarga yang “kurang” memperhatikan pembinaan rohani anak-anak mereka. Ada yang lebih fokus memperhatikan perkembangan intelektual mereka. Sebagai orang Kristen, apa yang harus kita lakukan? 1.   Berdasarkan ayat-ayat yang kita baca, apa yang sudah dilakukan oleh anak-anak Eli? Bandingkanlah dengan kehidupan anak-anak pada masa kini. 2.        Apa yang menjadi kegagalan Eli sebagai orangtua dalam mendidik anak-anaknya? Sharingkanlah kegagalan a

Keluarga yang Sehat dan Efeknya

Keluarga yang sehat dan kuat akan membawa pengaruh yang besar bagi rumah kita, gereja kita dan komunitas kita. Karena itu, panggilan kita untuk memperhatikan keluarga-keluarga tidak dapat ditunda-tunda lagi. Ini panggilan yang mendesak. Rumah Kita Sebuah survey yang diadakan oleh Associated Press dan MTV dengan koresponden hampir 1300 kaum muda yang berusia 13-24 tahun, “Apa yang membuat kamu bahagia?” MTV mengharapkan jawaban-jawaban seperti iPod, TV, Xbox 360, dan uang. Tetapi, mereka mendapatkan jawaban nomor 1 yang tidak terduga: “menghabiskan waktu bersama ayah dan ibu.” Survei ini menunjukkan fakta bahwa anak-anak mencari tempat tinggal di mana ada sukacita, kedamaian dan kepuasan. Ketika para pasangan berinvestasi dalam pernikahan, rumah menjadi tempat di mana anak-anak dan para remaja bertumbuh. Gereja Kita Bukanlah rahasia bahwa perceraian mendatangkan kerusakan, tetapi kita mungkin tidak memperhitungkan akibat perceraian terhadap gereja kita. Kira-kira 60% oran