Khotbah: Suara-Nya Meneduhkan
Khotbah: Suara-Nya Meneduhkan
Matius 14:22-33
Ada banyak kejutan di dalam hidup kita masing-masing: kejutan yang membuat kita senang, bahagia dan sukacita, tapi juga ada kejutan yang membuat kita sedih, kecewa, marah, takut, kuatir, dsb. Semuanya ini mewarnai kehidupan kita.
Dalam kehidupan para murid, kita juga menemukan hal yang serupa. Tuhan Yesus memberikan kejutan kepada mereka dengan melakukan mujizat “memberi makan kepada 5000 orang” ketika mereka tidak memiliki makanan dan tidak sanggup untuk menyediakan makanan. Tidak hanya itu, mereka pun menghadapi kejutan yang lain, yakni mereka berlayar dan menghadapi gelombang.
Tuhan Yesus melakukan semuanya ini dalam proses pemuridan yang dilakukan-Nya kepada para murid-Nya. Melalui berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari, Tuhan mengajarkan dan menyampaikan sesuatu. Tuhan sedang memuridkan para murid melalui badai di danau tersebut.
Alkitab tidak mencatat kapan terjadinya peristiwa itu mulai terjadi. Akan tetapi, Alkitab hanya melaporkan bahwa angin sakal menghantam perahu mereka dan perahu tersebut diombang-ambingkan kian kemari. Lalu, pada jam tiga, Tuhan Yesus mendatangi mereka dengan berjalan di atas air. Itu berarti, para murid berjuang beberapa jam lamanya untuk menghadapi gelombang tersebut.
Ada hal yang menarik dalam catatan Injil Markus bahwa “Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal” (6:48). Dari tempat yang jauh, Tuhan Yesus melihat mereka yang sedang kepayahan. Para murid tidak tahu kalau Tuhan Yesus melihat mereka. Ini sesuatu yang sangat indah: dalam situasi yang sulit yang kita hadapi, Allah melihat keadaan kita.
Tuhan Yesus mendekati mereka dan berjalan di atas air. Dalam Injil Markus disebutkan bahwa Tuhan Yesus “melewati mereka.” Kata ini bukan menunjukkan bahwa Tuhan Yesus mau mendahului mereka tapi Ia ingin menunjukkan kemuliaan-Nya. Karena itu, perikop ini ditutup dengan pernyataan yang penting dari para murid, “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah.”” Sekarang para murid menyembah-Nya dengan sebuah pengakuan bahwa Yesus adalah Anak Allah. (bdk. Matius 8:27, para murid mengatakan “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?”). Para murid mengalami pertumbuhan pengenalan kepada Tuhan Yesus. Mereka semakin mengenal Yesus, bahwa Ia adalah Anak Allah (bdk. Matius 16:16). Hal ini menjadi pembelajaran bagi kita: berbagai peristiwa di dalam hidup kita seharusnya membuat kita semakin mengenal Tuhan. Termasuk ketika kita menghadapi berbagai kesukaran. Dalam hal tersebut, kemuliaan-Nya semakin terlihat. Apakah kita bisa semakin mengenal-Nya?
Di tengah-tengah kepanikan yang dialami oleh para murid, Tuhan Yesus berkata, "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Di bagian ini, Tuhan Yesus menasehati para murid untuk tenang (bdk. Matius 8:26, Tuhan Yesus menenangkan badainya). Alkitab juga berulang kali memberikan nasehat seperti ini. Dalam surat kirimannya, Petrus menasehati, “kuasailah dirimu dan jadilah tenang supaya bisa berdoa.” Pemazmur berkata “diamlah dan ketahuilah Akulah Tuhan.” Pergumulan seringkali membuat kita panik dan itu membuat kita sulit untuk bisa berpikri dengan baik. Sapaan Tuhan ini merupakan sapaan yang m meneduhkan dan menguatkan. Para murid, termasuk kita semua, diajak untuk mengarahkan hati lagi kepada Tuhan.
Melihat hal yang spektakuler tersebut, Petrus mengambil sebuah inisiatif. Ia ingin mengalami pengalaman yang baru dengan Guru-Nya. Ia ingin berjalan bersama dengan Tuhan Yesus di atas air. Dia meminta izin dari Tuhan Yesus “suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Petrus bisa berjalan di atas air. Akan tetapi, tidak lama kemudian, ia pun mulai tenggelam. Akan tetapi, Tuhan Yesus segera menghampiri Petrus, mengulurkan tangan dan memegang Petrus. Tuhan Yesus menuntun Petrus untuk memasuki perahu.
Ini merupakan peristiwa yang indah: dalam pemuridan yang dijalani oleh para murid, Tuhan mendampingi dan menemani mereka. Tuhan tidak membiarkan mereka sendirian. Hal serupa juga terjadi dalam hidup kita. Kita tidak sendirian. Berbagai kejutan terjadi dalam hidup kita, dan Tuhan selalu mendampingi kita. Suara-Nya mengarahkan dan meneduhkan.
Matius 14:22-33
Ada banyak kejutan di dalam hidup kita masing-masing: kejutan yang membuat kita senang, bahagia dan sukacita, tapi juga ada kejutan yang membuat kita sedih, kecewa, marah, takut, kuatir, dsb. Semuanya ini mewarnai kehidupan kita.
Dalam kehidupan para murid, kita juga menemukan hal yang serupa. Tuhan Yesus memberikan kejutan kepada mereka dengan melakukan mujizat “memberi makan kepada 5000 orang” ketika mereka tidak memiliki makanan dan tidak sanggup untuk menyediakan makanan. Tidak hanya itu, mereka pun menghadapi kejutan yang lain, yakni mereka berlayar dan menghadapi gelombang.
Tuhan Yesus melakukan semuanya ini dalam proses pemuridan yang dilakukan-Nya kepada para murid-Nya. Melalui berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari, Tuhan mengajarkan dan menyampaikan sesuatu. Tuhan sedang memuridkan para murid melalui badai di danau tersebut.
Alkitab tidak mencatat kapan terjadinya peristiwa itu mulai terjadi. Akan tetapi, Alkitab hanya melaporkan bahwa angin sakal menghantam perahu mereka dan perahu tersebut diombang-ambingkan kian kemari. Lalu, pada jam tiga, Tuhan Yesus mendatangi mereka dengan berjalan di atas air. Itu berarti, para murid berjuang beberapa jam lamanya untuk menghadapi gelombang tersebut.
Ada hal yang menarik dalam catatan Injil Markus bahwa “Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal” (6:48). Dari tempat yang jauh, Tuhan Yesus melihat mereka yang sedang kepayahan. Para murid tidak tahu kalau Tuhan Yesus melihat mereka. Ini sesuatu yang sangat indah: dalam situasi yang sulit yang kita hadapi, Allah melihat keadaan kita.
Tuhan Yesus mendekati mereka dan berjalan di atas air. Dalam Injil Markus disebutkan bahwa Tuhan Yesus “melewati mereka.” Kata ini bukan menunjukkan bahwa Tuhan Yesus mau mendahului mereka tapi Ia ingin menunjukkan kemuliaan-Nya. Karena itu, perikop ini ditutup dengan pernyataan yang penting dari para murid, “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah.”” Sekarang para murid menyembah-Nya dengan sebuah pengakuan bahwa Yesus adalah Anak Allah. (bdk. Matius 8:27, para murid mengatakan “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?”). Para murid mengalami pertumbuhan pengenalan kepada Tuhan Yesus. Mereka semakin mengenal Yesus, bahwa Ia adalah Anak Allah (bdk. Matius 16:16). Hal ini menjadi pembelajaran bagi kita: berbagai peristiwa di dalam hidup kita seharusnya membuat kita semakin mengenal Tuhan. Termasuk ketika kita menghadapi berbagai kesukaran. Dalam hal tersebut, kemuliaan-Nya semakin terlihat. Apakah kita bisa semakin mengenal-Nya?
Di tengah-tengah kepanikan yang dialami oleh para murid, Tuhan Yesus berkata, "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Di bagian ini, Tuhan Yesus menasehati para murid untuk tenang (bdk. Matius 8:26, Tuhan Yesus menenangkan badainya). Alkitab juga berulang kali memberikan nasehat seperti ini. Dalam surat kirimannya, Petrus menasehati, “kuasailah dirimu dan jadilah tenang supaya bisa berdoa.” Pemazmur berkata “diamlah dan ketahuilah Akulah Tuhan.” Pergumulan seringkali membuat kita panik dan itu membuat kita sulit untuk bisa berpikri dengan baik. Sapaan Tuhan ini merupakan sapaan yang m meneduhkan dan menguatkan. Para murid, termasuk kita semua, diajak untuk mengarahkan hati lagi kepada Tuhan.
Melihat hal yang spektakuler tersebut, Petrus mengambil sebuah inisiatif. Ia ingin mengalami pengalaman yang baru dengan Guru-Nya. Ia ingin berjalan bersama dengan Tuhan Yesus di atas air. Dia meminta izin dari Tuhan Yesus “suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Petrus bisa berjalan di atas air. Akan tetapi, tidak lama kemudian, ia pun mulai tenggelam. Akan tetapi, Tuhan Yesus segera menghampiri Petrus, mengulurkan tangan dan memegang Petrus. Tuhan Yesus menuntun Petrus untuk memasuki perahu.
Ini merupakan peristiwa yang indah: dalam pemuridan yang dijalani oleh para murid, Tuhan mendampingi dan menemani mereka. Tuhan tidak membiarkan mereka sendirian. Hal serupa juga terjadi dalam hidup kita. Kita tidak sendirian. Berbagai kejutan terjadi dalam hidup kita, dan Tuhan selalu mendampingi kita. Suara-Nya mengarahkan dan meneduhkan.
Komentar
Posting Komentar