Kriteria Seorang Pasangan

Kriteria Seorang Pasangan

I.   Iman kepada Yesus Kristus: Apakah Saudara pribadi memilih untuk menerima Yesus sebagai Juru Selamat Saudara atau tidak? Inilah yang menentukan bukan hanya hidup untuk sementara tetap hidup yang akan datang. Inilah yang akan menentukan siapa yang Saudara akan nikahi. Pengertian pernikahan dalam kekristenan bukan saja kebahagian itu sendiri, tetapi apakah Saudara dan pasangan Saudara di kemudian hari bisa mengutamakan Tuhan dan Kerajaan-Nya? (Mt 6: 33).

II.      Pasangan yang beriman kepada Yesus: Jika Saudara memiliki seorang teman Saudara calon pasangan, ia harus orang yang beriman kepada Yesus (1 Kor 7: 39).

III.   Iman yang berkualitas: Tentu pertanyaan berikutnya penting untuk kita jawab: Orang Kristen yang seperti apa itu penting! Bukan hanya sekedar sudah dibaptis, dikatekisasi, tetapi sebagai berikut:
a.       Apakah ia orang yang taat dan memiliki komitmen terhadap Tuhan? Hal ini penting karena setiap persoalan pernikahan yang akan muncul selalu merupakan hasil dari persoalan kerohanian Saudara. Jika pasangan Saudara memiliki komitmen terhadap Kristus, ia akan mengatasi persoalan ini sesuai dengan cara dan pola yang sesuai dengan Alkitab. Bagaimana ia akan menunjukkan komitmennya sesuai dengan ketaatannya terhadap Firman Allah. Apakah Saudara melihat pasangan Saudara mengasihi Allah dalam kehidupannya sehari-hari? Apakah ia memiliki waktu teduh setiap hari? Apakah ia membagikan kebenaran yang ia peroleh melalui membaca Alkitab dengan Saudara? Bagaimana dengan kehidupan doanya? Apakah ia mengajak Saudara untuk berdoa bersama? Apakah Saudara melihat calon pasangan Saudara ini melayani yang lain? Apakah ia melayani karena kasih atau karena tugas kewajiban? Apakah ia mencari kerajaan Allah lebih dari apa pun? Lihat: Gal 5:22; Mt 16:24; Kis Ras 2:42; Gal 5:13; Mt 6:33.
b.      Apakah Saudara kompatibel dalam kerohanian Saudara? Apakah Saudara sepakat dalam pengajaran‚ doktrinal yang pokok‘? Apakah Saudara sepakat dengan gereja yang Saudara akan kunjungi? Apakah Saudara setuju bagaimana Saudara mempergunakan waktu dan uang? Jika Saudara tidak ada kesepakatan dalam hal ini sekarang, maka Saudara akan mengalami kesulitan di masa yang akan datang! (Amos 3:3).
c.       Apakah Saudara bisa mempercayainya? Apakah ada alasan untuk tidak mempercayainya? Apakah melalui perkataan atau perbuatannya dalam berrelasi dengan Saudara? Kepercayaan merupakan dasar untuk setiap hubungan, bdg Ams 31:11; 1 Kor 7:25.
d.      Bagaimana ia menghadapi kesulitan dan waktu-waktu yang sukar? Apakah dia mempercayakan dirinya kepada Allah, atau ia sering bimbang dan tidak percaya? Apakah Saudara pernah melihat dia marah? Apakah Saudara pernah melihat dia marah terhadap Saudara? Apakah Saudara memecahkan masalah dengan menurut Alkitab (my way or high way!)? Apakah ia orang yang mengampuni dan terbuka menerima pengampunan, atau ia hanya melupakan sesaat? Kemampuan untuk berdamai dalam mengatasi konflik yang sesuai dengan Alkitab merupakan sesuatu yang penting untuk pernikahan yang langgeng, bdg Ams 3:5; Mk 11:25.26; Lk 17:1-4; Maz 37:8; Ams 16:32; Ams 19:11.
e.       Apakah ia dapat memelihara hidup Saudara? Apakah ia bertanggung jawab dalam hal keuangan? Uang bisa menjadi suatu sumber permasalahan di dalam pernikahan, bertanggungjawab dan proses mengambil keputusan dalam hal keuangan itu penting, bdg 1 Tim 6:10; Lk 16:14; Mt 25:27; 2 Tim 3:2.
f.        Apakah ia seorang yang dapat dijadikan panutan atau teladan? Jika Saudara di masa yang akan datang memiliki anak, apakah ia akan menjadi teladan bagi mereka? Jika ia tidak menjadi teladan, maka akan terus-menerus menjadi suatu persengketaan yang berkepanjangan, bdk 1 Tim 4: 12 (perhatikan family of origin, latar belakang, masa lalu, lingkungan dan nilai-nilai yang dimiliki)
g.       Dalam hal apa saja Saudara setuju dan tidak setuju? Buatlah suatu daftar untuk mengijinkan Saudara dengan tulus mengungkapkan berapa jauh Saudara menghargai keberbedaan Saudara!
h.      Apakah pasangan Saudara bisa mengontrol perilaku seksualnya? Apakah Saudara melihat dari pasangan Saudara yang berkompromi tentang hal ini, bahkan menentang Allah dan kebenaran-Nya? Apakah ada tekanan yang Saudara rasakan dari pasangan Saudara dalam hal seksual? Jika ia tidak taat dan tidak bisa mengontrol perilaku seksualnya, bagaimana Saudara bisa percaya kepada orang yang Saudara nikahi sekarang dan kemudian setelah pernikahan? Bdk 1 Tes 4:1-8; 1Kor 6:18; 1 Tes 5:22.
i.         Apakah pasangan/calon menghormati Saudara dan menghargai pendapat Saudara? Apakah ia mendengarkan kepada Saudara, menerima ide-ide dan perbaikan yang Saudara usulkan atau sama sekali tidak dikonsultasikan dengan Saudara, tanpa menghiraukan Saudara dan langsung memutuskan sendiri. Respek dan keinginan untuk membicarakan ttg isu-isu merupakan hal Saudara penting dalam suatu pernikahan yang baik. Saudara berdua harus mampu berkompromi dan menemukan kesepakatan dalam mengatasi kesulitan, bdk Mt 5:25.
j.         Adakah saling merendahkan diri antara Saudara berdua? Apakah Saudara masing-masing dapat memberikan dan menerima ide-ide, nasihat atau koreksi terhadap satu dengan yg lain? Apakah dia terbuka untuk masukkan Saudara? Jika tidak Saudara janganlah Saudara berharap setelah pernikahan hal tersebut akan menjadi lebih baik atau berubah, Ef 5:21; Yak 1:9; Ams 17:27; Rom 12:10.
k.       Apakah Saudara dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di antara Saudara berdua dengan baik? Kemauan dan kemampuan untuk memecahkan masalah merupakan bagian yang penting untuk suatu pernikahan yang langgeng. Kita berbeda satu dengan yang lain dan hendaknya mengharapkan untuk menemukan keanekaragaman dalam ide-ide dan perasaan-perasaan Saudara! Jika Saudara tidak pernah menemukan perbedaan pendapat, nampaknya Saudara tidak mengenal satu akan yang lain seperti yang Saudara pikirkan atau salah satu dari Saudara atau kedua-duanya dari Saudara belum mengungkapkan pandangan pribadi yang sesungguhnya. Cara satu-satunya Saudara mengenal pasangan Saudara dapat menerima perbedaan dengan mengungkapkannya. Di sinilah akan nampak komunikasi yang terbuka kekuatan dan kelemahannya dalam relasi ini. Jika terjadi konflik apakah Saudara sanggup menyelesaikannya dengan cara yang bijaksana dan yang berdasarkan kasih dan kelemahlembutan? Mt 18:15; 5:23.24; Gal 6:1-2.

IV.     Bagaimana calon pasangan memperlakukan orang lain? Bagaimana cara ia memberlakukan orang lain, itu pun akan merupakan cara bagaimana ia akan memberlakukan Saudara, perhatikanlah hal ini dengan lebih cermat! (Bdg Ef 4: 25).

V.        Apakah Saudara sudah mengenal dia cukup lama, sehingga Saudara mengetahui apa yang menjadi pergumulan dan tantangan dalam kesehariannya? Jika Saudara tidak dapat mengidentifikasikannya paling tidak hanya beberapa isu, kemungkinan besar Saudara belum mengenalnya dengan baik seperti yang Saudara pikirkan. Setiap orang bisa gagal dan memiliki kelemahan beberapa dari kita lebih banyak dan yang lain lebih sedikit. Tanyakanlah kepada pasangan Saudara pergumulan apa yang terbesar di dlm hidupnya dan bagaimana ia menghadapi pergumulan tersebut? Dapatkan Saudara hidup dengan kesalahan-kesalahan dan perbedaan ini, mengetahui bahwa orang bisa berubah secara pelahan-lahan? Dapatkah Saudara hidup dengan bagian dari calon pasangan Saudara di mana ia sendiri mengalami kesulitan untuk menghadapinya? Lihatlah serealistis mungkin, “Sdr mendapatkan apa yang Saudara lihat!”, Ulangan 1: 12.

VI.     Apakah ia adalah orang yang suka memberi, melayani dengan suka rela, tanpa pamrih? Kemampuan memberi dengan pengorbanan merupakan salah satu bukti kasih yang sejati.

VII.   Setiap bagian yang baru saja kita bahas membutuhkan suatu komunikasi yang effektif. Tanpa hal ini, maka Saudara tidak akan pernah memiliki relasi yang Saudara idamkan dalam pernikahan Saudara komunikasi merupakan darah yang memberikan hidup dlm satu pernikahan, karena hanya inilah yang memampukan, menumbuhkembangkan suatu relasi dan mengatasi pergumulan-pergumulan yang dihadapi pasangan, Ams 18:21; Ef 4:29; Ef 4:31.

VIII.Apakah pasangan Saudara seorang sahabat yg baik bagi Saudara? Jika pernikahan digambarkan sebagai suatu hubungan antara Kristus dan jemaat-Nya, maka persahabatan itu sangat penting. Yesus mengatakan kepada para murid-Nya:”Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabatnya. Aku tidak lagi menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu” (Yoh 15: 13.15).
       Seorang sahabat yang diartikan oleh Yesus adalah orang yang rela memberikan nyawa, berkorban bagi sahabatnya dan yang kepadanya ia memberitahukan isi hatinya kepada sahabatnya. Apakah Saudara rindu menikah dengan sahabat yang baik, yang mengungkapkan isi hatinya kepada Saudara? Itulah pernikahan yang Saudara rindukan, Ams 5: 16.

XI. Sekarang terapkanlah semua pertanyaan ini untuk diri Saudara sendiri? Jawaban-jawaban Saudara akan menentukan keberadaan Saudara saat ini, pikirkan dan kaji ulanglah, mungkin perlu adanya perubahan dalam hidup Saudara sendiri sebelum Saudara mengambil keputusan dan berkomitmen untuk hidup bersama seumur hidup. Jika Saudara mengharapkan untuk mempunyai seorang sahabat yang baik selaras dengan kriteria-kriteria di atas, apakah Saudara sendiri memiliki karakteristik dari seorang sahabat yang baik sesuai dengan gambaran di atas ini?


(sumber: Pdt. Daniel Tan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khotbah - Zakheus - Hidup yang diubahkan Kristus

Ringkasan Khotbah: AJARKAN MEREKA MENGASIHI ALLAH (Keluarga)

Ringkasan Khotbah - Yesus Lebih Tinggi dari Segalanya (Ibrani 1:1-4)