Family Devotion: Perhatikan Kehidupan Rohani Anda

Perhatikan Kehidupan Rohani Anda

Pemeriksaan kesehatan adalah sesuatu yang seringkali kita lakukan. Ketika kita merasakan ada beberapa bagian dari tubuh kita merasa tidak enak, maka kita menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan tubuh kita. Badan terasa panas. Tenggorokan terasa sakit. Badan lemas. Kepala terasa berat. Dan masih banyak gejala-gejala yang bisa terlihat dan dirasakan. Kita sedang sakit.
Kita bisa mendiagnosa (tepatnya “menebak”) penyakit yang kita alami, dan kita pun memutuskan untuk meminum satu obat tertentu. Atau, kita merasa bahwa kita perlu ditangani secara serius oleh dokter. Lalu, dokter pun memberikan obat untuk penyembuhan kita.
Dari gambaran ini, kita dapat menyimpulkan bahwa gejala luar yang terlihat atau dirasakan menandakan adanya “ketidakberesan” di dalam diri kita. Obat yang diminum berfungsi untuk menyembuhkan bagian dalam diri kita. Bila pengobatan ini berjalan dengan baik, maka penyakit tersebut akan hilang dan gejala luar yang terliha tersebut pun lenyap.
Ilustrasi ini merupakan ilustrasi yang tepat untuk menggambarkan tentang perkataan Tuhan Yesus, bahwa “...sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,...” (Mrk. 7:21). Prilaku dan perbuatan yang terlihat secara fisik bersumber dari dalam hati manusia. Pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, dsb., merupakan “gejala-gejala” yang terlihat dan menandakan ada yang tidak beres dengan hati kita.
Ini merupakan peringatan dan pengajaran yang sangat penting untuk kita perhatikan: keadaan hati seseorang mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya. Perkataan yang diucapkan oleh seseorang dipengaruhi oleh bendahara kata yang ada di dalam hatinya. Tuhan Yesus pernah menegur orang-orang Farisi, “Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat” (Matius 12:34-35). Sangat jelas menyebutkan bahwa kata-kata yang jahat berasal dari hati yang jahat. Orang yang baik mengeluarkan kata-kata yang baik pula.
Kehidupan rohani juga membawa pengaruh terhadap keadaan pernikahan dan keluarga. Ini adalah “bagian dalam” dari diri kita, sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan. Bila seseorang tidak memiliki keintiman dengan Allah, maka bisa dipastikan bahwa berbagai perkataan dan perilakunya pun jauh dari kehendak Allah. Keintiman dengan Allah akan menolong kita untuk mengerti kehendak Allah dan melakukannya.
Kata-kata mempunyai peran yang sangat penting sebagai cara berkomunikasi. Coba kita merenung sejenak tentang kata-kata yang kita ucapkan. Bagaimana respons dari pasangan dan anggota keluarga kita ketika mendengar perkaatan yang kita ucapkan? Apakah mereka terluka atau terbangun dengan perkataan kita?
Tuhan Yesus juga mengatakan, “Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur” (Lukas 6:43-44). Buah akan menunjukkan jenis pohon. Buah mangga akan menunjukkan jenis pohonnya – mangga. Juga, kualitas buah akan menunjukkan kualitas pohonnya. Jika buah tersebut busuk, maka kualitas pohon tersebut bermasalah. Perbuatan seseorang pun akan memperlihatkan kualitas orangnya.
Sebagaimana perkataan mempunyai peranan dan efek yang besar dalam pernikahan dan keluarga, begitu juga dengan perbuatan. Malahan, perbuatan mempunyai “suara” yang lebih keras daripada perkataan. Coba kita merenung sejenak tentang perbuatan yang kita lakukan. Bagaimana respons dari pasangan dan anggota keluarga kita ketika melihat perilaku yang kita perbuat? Apakah mereka terluka atau terbangun dengan perbuatan kita?
Pernikahan adalah persekutuan sepasang pria dan wanita dengan Allah. Allah menghendaki seorang suami yang berjalan bersama dengan-Nya. Allah menghendaki seorang istri yang membangun kedekatan dengan diri-Nya. Bila suami atau istri bisa intim dengan Allah, maka relasi mereka sebagai suami-istri pun akan semakin intim. Keduanya menjadikan Allah sebagai pusatnya, dan bukan ego atau kepentingan diri sendiri. Akibatnya, relasi dengan seluruh anggota pun akan menjadi intim.

Refleksi:
Bagaimana keintiman relasi Saudara dengan Allah? Apakah Saudara mengizinkan Allah untuk membentuk kehidupan rohani Saudara?





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khotbah - Zakheus - Hidup yang diubahkan Kristus

Ringkasan Khotbah: AJARKAN MEREKA MENGASIHI ALLAH (Keluarga)

Ringkasan Khotbah - Yesus Lebih Tinggi dari Segalanya (Ibrani 1:1-4)