Kesaksian: Chris Spielman
CHRIS SPIELMAN: Melayani Istrinya Dengan
Setia
Chris Spielman empat kali
terpilih masuk dalam jajaran pemain terbaik liga nasional (All-Pro NFL), dan sudah bermain selama 26 dari 33 tahun usianya. Ia
adalah jenis pria yang sangat menikmati permainan itu, bahkan bisa menjalani
latihan-latihan yang lamanya agak tidak masuk akal jika sedang mempersiapkan
diri menghadapi pertandingan.
Ia bertemu dengan istrinya
Stefanie pada tahun 1983 ketika usianya baru 17 tahun. Mereka menikah enam
tahun kemudian pada tahun 1989. Stefanie adalah seorang yang cantik. Ia bekerja
sebagai model sebelum menjadi ibu rumah tangga. Mereka berdua pun memulai
sebuah rumah tangga yang kaya. Spielman bermain cukup lama untuk Detroit Lions,
sebelum ia kemudian menandatangani kontrak dengan Buffalo Bills pada tahun
1996.
Tahun 1997 ujian yang berat
melanda pernikahan mereka. Pada bulan Juli tahun itu, saat kamp persiapan musim
pertandingan akan dimulai, dokter mereka menyampaikan dua kata yang ditakuti
banyak pasangan suami-istri: kanker payudara. Stefanie, mantan model yang
cantik itu, harus melakukan mastektomi (pemotongan payudara) yand diikuti oleh
enam minggu kemoterapi, dan dalam prosesnya, ia akan kehilangan semua
rambutnya.
Suami istri ini mempunyai dua
anak yang masi kecil (pada waktu itu keduanya masih balita), dan Chris tahu
bahwa kemoterapi pasti akan menguras semua energi istrinya. Ia harus mengambil
keputusan. “Saat-saat itu merupakan ujian bagiku,” kata Chris kepada majalah Peoples, “Keputusanku akan menentukan
bagaimana kami menjalani hidup selanjutnya.”
Untuk menunjukkan solidaritasnya,
Chris mencukur rambutnya. Namun yang paling penting lagi, ia berhenti bermain football – bukan untuk selamanya, hanya
selama satu tahun – sampai Stefanie bisa pulih dengan baik.
“[Stefanie] selalu mendukungku
seratus persen,” jelas Chris. “Kini giliranku untuk memberikan dukungan penuh
padanya.”
Keputusan tersebut mengejutkan
Stefanie. Ia tidak ingin Chris mengorbankan karirnya. “Aku tidak pernah
menangis tentang kanker yang menyerangku atau sakit yang disebabkannya,” kata
Stefanie. “Aku menangisi dampak situasi ini terhadap Chris.”
Sekarang, pekerjaan Chris setiap
pagi bukan lagi menonton film pertandingan dan bertemu dengan para pelatih,
tetapi memberikan makan anak-anaknya (ia baru tahu bahwa putri sulungnya tidak
suka kalau makanan di piringnya bersentuhan dengan makanan dari piring lain).
Sekitar satu jam kemudian, setelah menyiapkan sarapan, ia akan membangunkan
Stefanie. Ia lalu mencuci pakaian, membawa anak-anak untuk kursus senam, dan
memastikan Stefanie minum obat pada waktunya.
Chris memberitahu majalah GQ
[majalah bulanan internasional yang mengulas gaya hidup kaum pria], “Selama
sepuluh tahun, hidup keluarga kami hanya berpusat padaku, tentang aku saja.
Pekerjaanku selalu menjadi prioritas mereka. Stefanie melakukan pengorbanan
yang besar untuk mendukungku tanpa syarat ... suami seperti apa aku jika aku
tidak bisa melepaskan semua itu demi Stefanie ketika ia jatuh sakit? Apakah aku
mau adiknya berada di sana untuk
memegangi tangannya saat ia menahan sakit sebab aku tidak ada di sana? Apakah
aku mau ibunya duduk di sana ketika
mereka menyuntikkan obat-obatan yang menakutkan itu ke tubuhnya? Atau, apakah
aku mau diriku sendiri yang berada di
sana? Ini keluargaku. Ini tanggung jawabku. Ini rumahku. Ini tugasku.”
(sumber: “Sacred Marriage” oleh Gary Thomas,
hal. 237-239)
Komentar
Posting Komentar