Ringkasan Khotbah "Darah Yang Menyelamatkan"
DARAH YANG MENYELAMATKAN
Keluaran 12; Mazmur 103:2-3, 10; 1 Korintus 11:24-25
Dalam kekristenan, kita diperintahkan Tuhan untuk selalu mengingat kebaikan dan kasih Tuhan. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan dan mengikuti perjamuan kudus. Sebelum roti dimakan, Tuhan berkata, “"Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" dan sebelum anggur diminum, Tuhan berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Dengan demikian, kita diajak untuk mengingat dan mengenang pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib, yang rela mati untuk menggantikan kita.
Dalam Keluaran 12 di atas, Allah berpesan agar bangsa Israel yang akan keluar dari tanah Mesir untuk selalu mengingat kebaikan Tuhan – keluarnya Israel dari tanah Mesir – dengan melakukan paskah. “Kamu harus memegang ini sebagai ketetapan sampai selama-lamanya bagimu dan bagi anak-anakmu. Dan apabila kamu tiba di negeri yang akan diberikan TUHAN kepadamu, seperti yang difirmankan-Nya, maka kamu harus pelihara ibadah ini. Dan apabila anak-anakmu berkata kepadamu: Apakah artinya ibadahmu ini? maka haruslah kamu berkata: Itulah korban Paskah bagi TUHAN yang melewati rumah-rumah orang Israel di Mesir, ketika Ia menulahi orang Mesir, tetapi menyelamatkan rumah-rumah kita." Lalu berlututlah bangsa itu dan sujud menyembah” (ay. 24-27).
Peristiwa keluarnya Israel dari tanah Mesir terjadi karena anugerah dan kuasa Allah. Seluruh tulah yang Allah turunkan kepada bangsa Mesir pun sepenuhnya karya Allah. Israel bisa keluar dari Mesir, bukan karena kehebatan dan keperkasaan mereka, tapi karena kasih dan anugerah Allah. Hal inilah yang Allah inginkan untuk dikenang oleh bangsa Israel.
Berkenaan dengan tulah ke sepuluh, Tuhan akan mendatangkan kematian anak sulung (baik manusia maupun binatang) di tengah-tengah Israel. Namun, kematian tersebut bisa dihindari bila ada percikan darah anak domba di ambang atas dan kedua tiang pintu rumah. Bila tidak ada percikan darah, maka pasti terjadi kematian.
Keluaran 12 ini sarat dengan nubuat tentang pengorbanan Anak Domba Allah (Yoh. 1:29). Anak domba yang dikorbankan itu “harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing” dan ini sangat sesuai dengan penggenapan pada diri Yesus, yakni pria, masih muda (mati di kayu salib umur 33,5 tahun) dan tidak bercela (“Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya” [1Ptr. 2:22]). Beberapa penafsir Alkitab menyatakan bahwa ada beberapa bagian lagi yang tepat digenapi oleh Yesus.
Jika Paskah yang di Keluaran 12 diperintahkan Tuhan untuk diingat selamanya, maka pengorbanan Yesus di kayu salib pun harus diingat dan dikenang selamanya. Ini yang harus kita lakukan: mengingat dan mengenang anugerah Allah yang besar bagi orang-orang berdosa yang tidak layak untuk diselamatkan.
Jika kita mengingat dan mengenang kasih Allah, maka ada beberapa dampak yang bisa terjadi dalam hidup kita, yakni:
Kita akan belajar bersyukur setiap waktu. Jika Allah membalas kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, maka kita adalah orang-orang yang celaka. Tapi, Allah tidak melakukan hal itu (Maz. 103:10). Allah mengampuni dosa kita melalui pengorbanan Yesus di kayu salib. Jika demikian, maka patutlah kita bersyukur dan memuji Tuhan setiap waktu.
Kita akan belajar untuk mengasihi Allah. Di kayu salib, Allah membuktikan kesetiaan-Nya yang luar biasa. Ia rela menjalani kayu salib dan mati menggantikan kita. Karena itu, yakinlah bahwa Allah yang sama pastilah mendampingi kita dalam berbagai pergumulan yang kita hadapi. Jangan pernah ragukan kasih Allah.
Kita akan belajar untuk menceritakan dan membagikan kasih-Nya juga. Setiap orang yang telah dilayani oleh Yesus, mereka tergerak untuk menceritakan kasih dan kebaikan Allah. Hendaknya kita pun merespons dengan cara yang sama.
Renungkanlah: bagaimana kita mengingat dan merenungkan kasih Allah yang besar dalam hidup kita? Apakah yang akan kita lakukan sebagai wujud peringatan akan kasih-Nya?
Keluaran 12; Mazmur 103:2-3, 10; 1 Korintus 11:24-25
Dalam kekristenan, kita diperintahkan Tuhan untuk selalu mengingat kebaikan dan kasih Tuhan. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan dan mengikuti perjamuan kudus. Sebelum roti dimakan, Tuhan berkata, “"Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" dan sebelum anggur diminum, Tuhan berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Dengan demikian, kita diajak untuk mengingat dan mengenang pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib, yang rela mati untuk menggantikan kita.
Dalam Keluaran 12 di atas, Allah berpesan agar bangsa Israel yang akan keluar dari tanah Mesir untuk selalu mengingat kebaikan Tuhan – keluarnya Israel dari tanah Mesir – dengan melakukan paskah. “Kamu harus memegang ini sebagai ketetapan sampai selama-lamanya bagimu dan bagi anak-anakmu. Dan apabila kamu tiba di negeri yang akan diberikan TUHAN kepadamu, seperti yang difirmankan-Nya, maka kamu harus pelihara ibadah ini. Dan apabila anak-anakmu berkata kepadamu: Apakah artinya ibadahmu ini? maka haruslah kamu berkata: Itulah korban Paskah bagi TUHAN yang melewati rumah-rumah orang Israel di Mesir, ketika Ia menulahi orang Mesir, tetapi menyelamatkan rumah-rumah kita." Lalu berlututlah bangsa itu dan sujud menyembah” (ay. 24-27).
Peristiwa keluarnya Israel dari tanah Mesir terjadi karena anugerah dan kuasa Allah. Seluruh tulah yang Allah turunkan kepada bangsa Mesir pun sepenuhnya karya Allah. Israel bisa keluar dari Mesir, bukan karena kehebatan dan keperkasaan mereka, tapi karena kasih dan anugerah Allah. Hal inilah yang Allah inginkan untuk dikenang oleh bangsa Israel.
Berkenaan dengan tulah ke sepuluh, Tuhan akan mendatangkan kematian anak sulung (baik manusia maupun binatang) di tengah-tengah Israel. Namun, kematian tersebut bisa dihindari bila ada percikan darah anak domba di ambang atas dan kedua tiang pintu rumah. Bila tidak ada percikan darah, maka pasti terjadi kematian.
Keluaran 12 ini sarat dengan nubuat tentang pengorbanan Anak Domba Allah (Yoh. 1:29). Anak domba yang dikorbankan itu “harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing” dan ini sangat sesuai dengan penggenapan pada diri Yesus, yakni pria, masih muda (mati di kayu salib umur 33,5 tahun) dan tidak bercela (“Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya” [1Ptr. 2:22]). Beberapa penafsir Alkitab menyatakan bahwa ada beberapa bagian lagi yang tepat digenapi oleh Yesus.
Jika Paskah yang di Keluaran 12 diperintahkan Tuhan untuk diingat selamanya, maka pengorbanan Yesus di kayu salib pun harus diingat dan dikenang selamanya. Ini yang harus kita lakukan: mengingat dan mengenang anugerah Allah yang besar bagi orang-orang berdosa yang tidak layak untuk diselamatkan.
Jika kita mengingat dan mengenang kasih Allah, maka ada beberapa dampak yang bisa terjadi dalam hidup kita, yakni:
Kita akan belajar bersyukur setiap waktu. Jika Allah membalas kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, maka kita adalah orang-orang yang celaka. Tapi, Allah tidak melakukan hal itu (Maz. 103:10). Allah mengampuni dosa kita melalui pengorbanan Yesus di kayu salib. Jika demikian, maka patutlah kita bersyukur dan memuji Tuhan setiap waktu.
Kita akan belajar untuk mengasihi Allah. Di kayu salib, Allah membuktikan kesetiaan-Nya yang luar biasa. Ia rela menjalani kayu salib dan mati menggantikan kita. Karena itu, yakinlah bahwa Allah yang sama pastilah mendampingi kita dalam berbagai pergumulan yang kita hadapi. Jangan pernah ragukan kasih Allah.
Kita akan belajar untuk menceritakan dan membagikan kasih-Nya juga. Setiap orang yang telah dilayani oleh Yesus, mereka tergerak untuk menceritakan kasih dan kebaikan Allah. Hendaknya kita pun merespons dengan cara yang sama.
Renungkanlah: bagaimana kita mengingat dan merenungkan kasih Allah yang besar dalam hidup kita? Apakah yang akan kita lakukan sebagai wujud peringatan akan kasih-Nya?
Komentar
Posting Komentar