Mengenal Injil Barnabas: Injil Asli atau Injil Palsu?
Belakangan ini pembahasan tentang Injil Barnabas
(kemudian disingkat “IB”) kembali menghangat. Salah satu faktor penyebabnya
adalah adanya berita tentang ditemukannya naskah Injil Barnabasdi di Turki.
Penemuan ini menjadi sangat menarik karena setidaknya
ada 3 alasan, yakni (1) kata “injil” yang digunakan sama dengan kata yang biasa
digunakan oleh orang Kristen, sehingga dianggap memiliki
kaitan yang erat dengan kekristenan; (2) nama “Barnabas” adalah nama yang cukup
dikenal di dalam kekristenan, sehingga dianggap memiliki
korelasi dengan kekristenan; (3) isinya yang berbeda dengan Injil yang
dipercaya oleh umat Kristen selama ini, sehingga injil inilah yang dianggap sebagai
“injil yang asli.”
Dalam tulisan ini, kita akan membahas secara singkat
tentang Injil Barnabas ini. Apakah memang kitab ini memiliki kaitan dengan
Yesus Kristus? Siapakah “Barnabas” yang dimaksud oleh penulis: benarkah ia
adalah tokoh yang disebutkan dalam kitab Kisah Para Rasul? Apa sajakah yang
disampaikan oleh kitab ini? Bagaimana kita menyikapinya? Saya berharap
tulisan ini bisa memberikan sedikit pendahuluan untuk kita mengenali kitab
ini.
Siapakah Penulis
Injil Barnabas?
Nama “Barnabas” segera dikaitkan dengan salah satu
tokoh pemberita Injil di dalam Kisah Para Rasul. Banyak orang percaya bahwa
penulis injil ini adalah Barnabas yang diberitakan di dalam Kisah Para Rasul.
Namun, benarkah anggapan tersebut?
Berdasarkan catatan di injil Barnabas sendiri,
disebutkan bahwa Barnabas adalahrasul dari Yesus orang Nazaret
(pasal 1:1). Ia mengaku bahwa ia memiliki hubungan yang dekat dengan Yesus,
“Dan itulah sebab yang mendorong saya menulis kebenaran yang telah saya lihat
dan mendengarnya di waktu pergaulan saya dengan Yesus” (1:8).
Begitu pula ia mengaku bahwa ia ikut dengan Yesus
ketika Yesus dimuliakan di atas gunung. “Dan ketika Yesus mengatakan demikian,
maka pulanglah ia kemudian ia pergi ke bukit Tabur. Dan ikut naik bersama dia
Petrus, Yakub dan Yahya saudaranya, beserta yang menulis ini”(42:26-27). Dalam
pasal berikutnya, ia pun mengaku bahwa ia bersama dengan ketiga murid di atas
menuruni bukit dan menjumpai kedelapan murid lainnya. “Kemudian turunlah Yesus
menuju kepada kedelapan muridnya yang menantikan di bawah” (43:1).
Dari beberapa ayat di atas, penulis injil ini mengaku
bahwa ia adalah salah seorang dari 12 murid Yesus. Hal ini bertentangan
kesaksian para penulis Injil Kanonik (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes).
Disebutkan bahwa nama Barnabas tidak ada dalam susunan 12 murid yang dipilih
secara langsung oleh Yesus. “Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon
yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan
Yohanes saudaranya, Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai,
Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang
mengkhianati Dia” (Matius 10:2-4).
Nama Barnabas baru muncul di dalam Kisah Para Rasul,
”Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas,
artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. Ia menjual ladang,
miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul”
(Kis. 4:36-37). Perhatikan bahwa nama Barnabas adalah nama pemberian yang
diberikan oleh para rasul kepada Yusuf. Itu berarti, Barnabas bukanlah rasul,
seperti yang disebutkan dalam Injil Barnabas 1:1 di atas. Sebaliknya, ia adalah
seorang pengikut Kristus yang mendampingi para rasul dalam pemberitaan Injil
dan yang juga giat melakukan pemberitaan Injil secara pribadi.
Jika demikian, kita bisa menyimpulkan bahwa kesaksian
penulis tentang dirinya yang adalah rasul adalah sebuah kebohongan.
Kapan
Injil Barnabas ditulis?
Berdasarkan
penelitian terhadap bahan injil tersebut maupun isinya, maka kita akan bisa
memastikannya bahwa injil ini tidak ditulis di abad pertama atau kedua,
melainkan pada abad ke 16.
1. Naskah tertua dari injil ini
ditemukan pada abad ke 16, dalam bahasa Italia. Naskah yang lebih tua daripada
itu tidak ada. Meski pun di abad ke 2 ada tulisan yang menggunakan nama
Barnabas, yakni Epistles of Barnabas, tapi keduanya tidak memiliki
kaitan apa pun, karena ternyata kedua tulisan ini memiliki isi yang berbeda.
2. Penelitian terhadap bahan baku
yang digunakan pada lembaran-lembaran manuskrip Italia itu berasal dari kertas
katun yang kuat dan kasar pembuatannya. Jenis kertas ini tidak ada di Timur.
Sebaliknya, tanda dalam kertas-kertas tersebut merupakan sebuah jangkar kapal
dalam satu lingkaran, dan ini merupakan jenis kertas dari Italia. Semua sarjana
yang menelitinya mencatat bahwa sampul buku ini terbuat dalam gaya Timur karena
itu mempunyai catatan pinggir dalam bahasa Arab.Dari pengujian kertas dan tinta
yang digunakan, nampak bahwa itu ditulis pada abad ke 15 atau ke 16.
3. Dalam pasal
82:14 disinggung tentang tahun Yobel yang dirayakan sekali dalam 100 tahun.
Menurut Imamat 25:8-55 dan 27:16-25 tahun Yobel dirayakan sekali dalam 50 tahun
dan ketentuan ini tak diubah oleh Yesus. Baru pada tahun 1300 Paus Banifacius
VIII memerintahkan agar tahun Yobel dirayakan sekali dalam 100 tahun. Setelah
mengalami beberapa penetapan tahun yang berbeda, mulai dari Paus Clement VI
(1340), tahun Yobel diadakan 50 tahun sekali, dan Paus Paulus II (1470) sekali
25 tahun, barulah Paus Sixtus V (1585-1590) kembali menetapkan tahun Yobel 100
tahun sekali, sekaligus memperingati pengangkatannya sebagai paus. Dengan
demikian, kita ketahui bahwa penulisan injil ini bukanlah berasal dari abad
pertama dan kedua, melainkan abad ke 16.
Kontradiksi
Injil Barnabas Dengan Injil Kanonik dan Tulisan Paulus
Jika kita
membandingkan Injil Barnabas dengan Injil Kanonik dan tulisan di Perjanjian
Baru, maka kita akan menemukan banyak kontradiksi di dalamnya. Ada beberapa
kontradiksi yang terjadi, antara lain:
1. Ketika Maria melahirkan,
dinyatakan bahwa ia tidak mengalami sakit (pasal 3). Begitu pula dalam pasal
218:8, Maria dianggap tetap perawan, dan ia disebut dengan sebutan si gadis
Maryam (lih. 219:1). Ini tidak ada di dalam Injil Kanonik, tetapi terdapat
dalam perkembangan gereja di waktu-waktu kemudian, dan itu dicatat dalam
kitab-kitab Apokrifa. [http://www.carmelia.net/index.php/artikel/tanya-jawab-iman/93-maria-perawan-selalu].
2. Kisah penyaliban Yesus.
Disebutkan bahwa Yesus tidak disalib, tapi diangkat ke surga, sedangkan orang
yang disalib adalah Yudas, yang wajahnya diserupakan dengan Yesus. Hal ini
jelas bertentangan dengan berita Injil Kanonik, yang secara jelas memaparkan
bahwa Yesus adalah tokoh yang disalibkan.
3. Injil Barnabas menolak ajaran
Tritunggal. Berulangkali penulis injil ini menekankan tentang keesaan Allah,
tapi bukan dalam pengertian Allah Tritunggal. Tuhan Yesus menegaskan tentang
Allah Tritunggal (lih. Matius 28:19-20). Begitu juga rasul Petrus yang
mengajarkan hal yang serupa (1 Petrus 1:1-2).
4. Injil Barnabas beranggapan bahwa
Yesus tidak pernah mengajarkan tentang penebusan dosa melalui pengorbanan
diri-Nya. Benarkah pandangan ini? Yesus berulangkali menyatakan bahwa Ia datang
untuk menyerahkan nyawa-Nya menjadi penebusan dosa (lih. Markus 10:45). Dalam
Perjamuan Terakhir dengan murid-murid-Nya, Ia mengucapkan kalimat ini: “Sesudah
itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata:
"Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah
perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa”
(Matius 26:27-28). Begitu pula dengan Petrus. “Sebab kamu tahu, bahwa kamu
telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek
moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang
sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Petr.
1:18-19).
5. Injil Barnabas mengajarkan bahwa
Yesus datang untuk mempersiapkan seorang nabi yang lain (42:10-17). Benarkah
pernyataan ini? Yesus menyadari bahwa diri-Nya adalah Pribadi yang telah
dinubuatkan Allah melalui para nabi sebelumnya. Karena itu, Ia berkata, “Pada
hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya” (Luk. 4:21) ketika Ia
mengutip salah satu nubuat dari kitab Yesaya. Begitu pula dengan penulis kitab
Ibrani menegaskan bahwa Yesus adalah puncak penyataan Allah. “Setelah pada
zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek
moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah
berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan
sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan
alam semesta” (Ibr. 1:1-2). Dengan kata lain, Alkitab tidak berbicara tokoh
yang lain, kecuali hanya Yesus.
6. Injil Barnabas menyatakan bahwa
Yesus menolak menyebut diri-Nya sendiri sebagai Anak Allah (54:34). Benarkah pengajaran
ini? Tentu saja tidak. Alkitab berulangkali menyebut Yesus dengan sebutan Anak
Allah. Lukas 1:32 menyebutkan, “Ia (Yesus) akan menjadi besar dan akan disebut Anak
Allah Yang Mahatinggi.” Bahkan Yesus pun menyebut diri-Nya dengan
sebutan Anak Allah (lih. Yohanes 11:4; bdk. Mat. 3:17).
Kontradiksi
Injil Barnabas dengan dirinya sendiri
Penelitian yang
teliti dan mendalam terhadap isi injil ini, akan membukakan pemahaman kita
bahwa isi injil ini pun berkontradiksi dengan dirinya sendiri. Beberapa kontradiksi
yang terjadi, antara lain:
1. Siapakah yang disebut dengan
Mesias? Dalam hal ini, penulis injil Barnabas tidak konsisten dengan informasi
yang disampaikannya. Di awal injilnya, ia menyatakan bahwa Yesuslah yang
disebut dengan Mesias [lihat dalam bahasa Inggrisnya: True Gospel of Jesus,
called Christ, a new Prophet sent by God to the world: according to
the description of Barnabas his apostle. Barnabas, apostle of Jesus the
Nazarene, called Christ, to all them that dwell upon the earth desireth peace
and consolation. http://www.sacred-texts.com/isl/gbar/gbar000.htm].
Tapi di dalam pasal 42, justru penulis injil ini menyatakan bahwa Yesus itu
bukanlah Mesias, “Maka Yesus telah mengakui dengan menyatakan: sesungguhnya aku
ini bukanlah Mesias” (lihat juga 96:5 – “aku bukanlah dia (mesias yang
dijanjikan itu), ay. 8). Sebaliknya, menurut penulis injil ini, Yesus menunjuk
pada tokoh yang lain yang disebut sebagai Mesias (padahal menurut tokoh yang
dimaksud pun, bahwa Yesuslah satu-satunya mesias).
2. Apakah Yesus mati atau tidak?
Penulis injil ini pun tidak konsisten ketika menjelaskan hal ini. Menurut pasal
96:2, disebutkan bahwa Yesus pasti akan mati. Begitu juga dalam pasal 193:23,
“bahwa waktuku belum tiba. Akan tetapi, apabila ia tiba, aku akan tidur seperti
itu (menunjuk pada Lazarus yang mati) dan aku akan dibangkitkan
segera” (perhatikan ada berita mati dan bangkit segera). Hal itu
bertentangan dengan penjelasan yang disampaikannya dalam pasal 216, yakni Yesus
diangkat ke surga, dan Allah mengubah wajah Yudas, “Lalu berubahlah Yudas itu
dalam kata-kata dan wajahnya, sehingga ia menyerupai Yesus, dan kami pun
menyangkanya Yesus” (Lihat juga pasal 217). Begitu pula dengan pasal
214:5, “kemudian ia mengecam banyak dari mereka yang mempercayai bahwa ia telah
mati kemudian bangun kembali, katanya: “Apakah kamu menyagka aku dan Allah
berdusta? . . . sungguh ku katakan kepadamu bahwa aku tidak mati, tetapi yang
mati adalah Yudas penghianat itu.”
Kontradiksi Injil Barnabas Dengan Fakta Sejarah
Selain hal-hal yang di atas, isi kitab injil ini
pun berkontradiksi dengan fakta sejarah. Hal ini membuktikan kepalsuan dan
kebohongan yang disampaikannya. Salah satu standar kebenaran adalah bersesuaian
dengan fakta sejarah. Apabila terjadi kontradiksi di dalamnya, maka pastilah
itu sebuah kebohongan.
1. Kesalahan letak greografis, “Mendakilah Yesus
ke Kapernaum dan ia telah mendekat dengan negeri” (21:1); “Syahdan pergilah
Yesus ke laut Galilea, dan turunlah ia ke dalam sebuah kapal untuk berlajar ke
Nazaret negerinya” (20:1). Dari dua ayat ini, diceritakan bahwa Yesus berangkat
dan mendaki ke Kapernaum, dari Nazaret. Informasi ini berisi kesalahan letak
geografis. Nazaret terletak di sebuah lembah yang curam, di antara bukit-bukit
batu gamping yang paling selatan dari barisan Libanon; barisan ini membentang
dari selatan barat daya ke utara timur laut. Ke arah selatan terdapat turunan
tajam ke daratan Esdraelon. Dasar lembah itu berada 370 meter di atas permukaan
laut. Bukit-bukit curam menonjol di bagian utara dan timur, sedangkan di
bagian barat tinggi bukit mencapai 500 meter. Sebaliknya, Kapernaum berada di
pantai danau Galilea. Jadi, seharusnya dari Nazareth, Yesus turun ke Kapernaum.
[http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Nazareth]
2. Dalam pasal 152:1 disebutkan
bahwa pada hari Sabat, Yesus masuk ke Bait Allah dan para tentara Romawi pun
datang memasuki Bait Allah itu untuk menganggunya. Hal ini jelas tidak mungkin
terjadi karena agama Yahudi melarang orang Kafir masuk ke Bait Allah (lih. Maz.
74:4, 7; 79:1). Demikian pula fakta sejarah memperlihatkan tentara Romawi
sangat berhati-hati dalam menjalankan strategi politik atas orang-orang Yahudi
dan agama mereka guna menghindari pemberontakan.
3. Dalam pasal 92:1-2, disebutkan: “Dan
di waktu itu, kami bersama Yesus pergi ke bukit Sinai melaksanakan apa yang
dikatakan oleh Malaikat yang suci itu. Dan di sana, Yesus beserta para muridnya
telah memelihara keempatpuluh hari itu.” Yang dimaksud dengan “memelihara
keempatpuluh hari itu” adalah puasa, seperti yang Yesus lakukan dalam Matius
4:2 dan Lukas 4:2. Hal ini tidak sesuai dengan fakta sejarah, karena berpuasa
selama 40 hari, seperti yang dilakukan oleh Yesus, belum menjadi tradisi pada
masa Yesus hidup. Dalam PL, perintah untuk berpuasa hanya dilakukan menjelang
hari Penebusan. Di masa PB, orang-orang Yahudi mulai menambah puasa mereka,
menjadi dua kali seminggu, yakni hari senin dan kamis. Pada abad-abad
belakangan barulah kebiasaan berpuasa empat puluh hari itu dipelihara, sebagai
persiapan untuk menyambut paskah (dalam tradisi gereja disebut quadragesima,
yang berarti empat puluh hari). [http://books.google.co.id/books?id=akId6TmCxCoC&pg=PA56&lpg=
PA56&dq=sejarah+quadragesima&source=bl&ots=XLYY_LgchY&sig=LA5CmALj797RWwazAkFysOXLsj4&hl=en&sa=X&ei=rE4EUof5M4rJrQfvoA4&redir_esc=y#v=onepage&q=sejarah%20quadragesima&f=false]
Penutup
Dari penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa
kitab Injil Barnabas merupakan kitab yang penuh dengan kebohongan dan
kepalsuan. Kitab ini sengaja ditulis oleh seseorang untuk membengkokkan
kebenaran firman Tuhan. Akan tetapi, Alkitab memang telah menyatakan bahwa akan
muncul dan telah muncul pengajar-pengajar palsu, yang bertujuan untuk menipu,
menyeret dan membinasakan umat Tuhan.
Karena itu, betapa pentingnya kita untuk mempelajari,
mempercayai dan menghidupi kebenaran firman Tuhan. Rasul Paulus telah
menyatakan “Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah
engkau terima dan engkau yakini” (2 Tim. 3:14). Selain itu, hendaklah kita pun
memberitakan kebenaran firman Tuhan yang sejati, sehingga lebih banyak lagi
orang yang diselamatkan oleh Tuhan.
Komentar
Posting Komentar