Roots and Wings: SESI 5 - MELAMPAUI DIRI SENDIRI
SESI 5
MELAMPAUI DIRI SENDIRI
Identitas Alkitabiah
Kecenderungan kita sebagai manusia
adalah meminta diri sendiri secara berlebihan (narcissistic). Kita terlalu sibuk dengan diri kita. Kita memiliki
sudut pandang yang egosi, sering hanya mencintai dan melayani diri sendiri. Penyangkalan
kita terhadap kenyataan mi merupakan upaya menipu diri, berusaha hidup dalam
ilusi bahw a kita pada dasarnya tidak egois. Dengan menipu diri sendiri, kita kehilangan
jati diri kita. Akibatnya, kita pun mengalami krisis terbesar umat manusia: Krisis
Identitas.
Sesi ini menggali krisis identitas
yang kita alami. Identitas didefinisikan oleh hubungan yang dimiliki. Identitas
sejadi hanya dapat ditemukan dalam relasi dengan satu-satunya Allah yang sejati. Sesi ini juga
memanggil kita bangkit meninggalkan kehidupan biasa yang pasrah pada keadaan di
sekitar kita. Dalam rencana-Nya, Allah menghendaki manusia yang biasa untuk
menjalani kehidupan yang luar biasa.
Paradoks dalam hidup ini adalah:
makin kita sibuk dengan diri sendiri, makin kita kehilangan identitas diri! Sebaliknya,
makin kita mendekat kepada Allah—dan mengutamakan Dia lebih dan diri kita—makin
kita akan menemukan identitas kita yang sesungguhnya. Mengapa? Karena manusia
diciptakan dalam gambar dan rupa Allah. Kita tidak akan menemukan jati diri kita
dengan mencari diri kita sendiri, tetapi dengan mencari Allah!
John Piper dalam khotbahnya,
"Christian Identity and Christian Destiny"
(Identitas dan
kodrat Pengikut Kristus.) berkata:
kodrat Pengikut Kristus.) berkata:
Siapa sebenarnya saya? Siapa
sebenarnya Anda? Engkau adalah yang dipilih Allah, yang dikasihani Allah, milik
Allah, yang dikuduskan Allah. Kita mendapatkan identitas diri kita dari Allah.
Dalam kenyataannya, identitas diri kita terletak pada hubungan kita dengan
Allah. Kita adalah orang yang dipilih Allah, kita adalah orang yang dikasihani
Allah, kita adalah milik Allah. Kita adalah orang-orang yang dipisahkan oleh
Allah dari dunia untuk hidup kudus. Kita dijadikan Allah sebagai imamat rajani,
imam-iman yang melayani Sang Raja, yaitu Allah sendiri.
Dengan kata lain, Allah memberikan
kita identitas diri supaya identitas diri-Nya dapat dinyatakan melalui kita.
Allah menciptakan kita sebagaimana kita ada hari ini supaya kita dapat
menyatakan siapa Dia. Identitas diri kita dimaksudkan untuk memperkenalkan
identitas Allah. Tujuan kita memiliki identitas diri adalah supaya kemuliaan
Allah dapat disaksikan melalui keberadaan kita.
Humanisme, paham yang berfokus sepenuhnya pada
diri manusia, telah keliru mengasumsikan bahwa tujuan utama kehidupan ditemukan
dalam diri manusia itu sendiri. Keliru! Tujuan utama dalam hidup manusia hanya
bisa ditemukan di dalam Allah! Kita dipilih oleh Allah dan menyandang
gambar-Nya. Hidup kita harus dipulihkan untuk dapat mencerminkan pribadi Allah
setiap hari.
Rasul
Paulus menulis dalam Galatia 2:19-20,
"... Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup,
tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam
aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman
dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”
Paulus
di sini sedang berbicara tentang persekutuannya dengan Kristus. Dalam persekutuan
atau relasi yang intim dengan Allah yang Mahakuasa itulah kita menemukan
kembali siapa diri kita dan mendapatkan identitas kita yang sesungguhnya. Memahami
identitas kita dalam Kristus sangatlah penting untuk kehidupan yang produktif
bersama Allah.
PA Hari 1 Kelemahan Manusiawi Kita
Terlalu Sibuk Dengan Diri Sendiri
(Pengkhotbah 2:3-11)
1.
Prestasi apa saja yang menjadi kebanggaan
raja sekaligus filsuf, penulis kitab Pengkhotbah ini? Mengapa?
2.
Apa pelajaran terpenting yang ia
dapatkan melalui pengalaman hidupnnya?
3.
Dalam posisi kehidupan Anda yang
sekarang, hal apa yang menyedot perhatian Anda paling banyak? Apa yang menurut
Anda harus dilakukan dengan hal itu, dan mengapa?
4.
Dalam 2-3 kalimat sederhana,
ringkaskanlah pelajaran yang Anda peroleh hari ini.
PA HARI 2 Masalah Yang
Ditimbulkan
Mencintai
Dunia (1 Yohanei 2:15-17)
1. Apa saja tiga ekspresi “mengasihi dunia" yang disebutkan
dalam perikop ini dan
bagaimana ketiganya muncul dalam kehidupan kita?
bagaimana ketiganya muncul dalam kehidupan kita?
2. Mengapa "mengasihi dunia" itu tidak bijak?
3. Bagaimana kita bertumbuh dari “mengasihi dunia” menuju “mengasihi
Allah”?
4.
Dalam 2-3 kalimat sederhana,
ringkaskanlah pelajaran yang Anda peroleh hari ini.
PA HARI 3 REORIENTASI RADIKAL
Dipilih Menjadi Mitra Allah (1Petrus 2:4-10)
1.
Apa identitas sejati kita sebagai
pengikut Kristus?
2.
Mengapa Allah memilih kita untuk
beroleh hak yang sedemikian istimewa?
3.
Bagaimana seharusnya kita
menghidupi identitas baru kita ini?
4.
Dalam
2-3 kalimat sederhana, ringkaskanlah pelajaran yang Anda peroleh hari ini.
PA HARI 4 KEBUTUHAN YANG MUTLAK PENTING
Identitas Baru (2Petrus 1:3-10)
1.
Apa yang telah dianugerahkan Allah
kepada kita sebagai orang-orang yang mendapat bagian dalam “kodrat ilahi” (ayat
3-4)?
2.
Kualitas apa saja yang harus kita
tumbuhkan sebagai murid-murid Kristus?
3.
Bagaimana kita dapat bertumbuh
dalam pengenalan yang benar akan Yesus (ayat 5-8)?
4.
Dalam
2-3 kalimat sederhana, ringkaskanlah pelajaran yang Anda peroleh hari ini.
PA HARI 5 HIDUP YANG AKARNYA DALAM DAN SAYAPNYA KUAT
Digerakkan oleh Iman (Lukas 7:1-10)
1.
Apa yang paling mengesankan Anda
dari kisah seorang perwira dalam Lukas 7:1-10? Mengapa orang ini mendapat
pujian?
2.
Apa itu iman? Bagaimana
menunjukkan iman di dalam diri kita?
3.
Dalam perjalanan iman Anda bersama
Allah saat ini, terobosan-terobosan apa yang Anda minta dari-Nya?
4.
Dalam
2-3 kalimat sederhana, ringkaskanlah pelajaran yang Anda peroleh hari ini.
KALIMAT BIJAK – MELAMPAUI DIRI SENDIRI
·
Kita sering memandang kepemimpinan
sebagai “cara kita memimpin,: Allah memandang kepemimpinan sebagai “cara kita
hidup.” (Edmund Chan)
·
Berikan yang terbaik dalam setiap
kesempatan, sebab engkau tidak pernah tahu kapan apa yang engkau lakukan akan dipakai
orang untuk kepentingan yang lebih besar. (Marsden)
·
Seseorang bertanya kepada bankir
kaya, J. P. Morgan, “apa jaminan terbaik untuk mendapat pinjaman,” dan Morgan
menjawab, “Karakter.”
·
Menilai seseorang atau peristiwa
atau situasi hanya berdasarkan pegaruhnya terhadap diriku, itu sama seperti
hidup di gerbang neraka. (Thomas Merton)
·
Allah kerap menempatkan kita dalam
situasi yang terlampau sulit bagi kita supaya kita dapat belajar bahwa tidak
ada situasi yang terlampaui sulit bagi-Nya. (Erwin W. Lutzer)
·
Ketika kesulitan menghadang,
kecenderungan kita adalah memohon kelepasan, bukan pertumbuhan. Kita bertanya
kepada Tuhan, “Bagaimana aku bisa keluar dari masalah ini?” dan bukan “Apa yang
dapat aku pelajari dari masalah ini?” Saat bersikap demikian, kita kehilangan
kesempatan-kesempatan yang Allah berikan bagi kita untuk membangun kedewasaan
rohani. (Warren Wiersbe)
·
Tidak ada orang yang seharusnya
terus berada dalam keadaan yang sama. (Harry
Emerson Fosdick)
·
Suatu hari di pantai yang sunyi
saat aku menebar jala, Seseorang datang dan berbicara dengan penuh kuasa. Aku
pun mengikuti Dia, dan hidup yang baru dimulai dalam ku. Kapal yang dinaiki
adalah milikku, tetapi suara itu milik-Nya. Dialah yang memanggil, tetapi aku
sendiri yang harus membuat pilihan. (George
MacDonald)
·
Kita tidak dipanggil untuk
berhasil menurut standar biasa, tetapi menurut prinsip biji gandum yang jatuh
ke tanah dan mati untuk menghasilkan apa yang tidak bisa dihasilkannya jika
tetap menjadi satu biji gandum. (Oswald
Chambers)
REFLEKSI KELOMPOK Melampaui Diri Sendiri
1.
Apa saja wawasan baru atau teguran
yang saya peroleh hari ini?
2.
Dalam apa saja saya diberkati oleh
pengalaman bersama KP?
3.
Perubahan penting apa yang perlu
saya lakukan agar kesepakatan belajar bersama di KP dapat terus dipelihara?
(sumber: Edmund Chan, Roots
and Wings)
Komentar
Posting Komentar