Ringkasan Khotbah - Keluarga yang Menjadi Berkat



Keluarga Yang Menjadi Berkat
Kisah Rasul 18

Ibu Teresa menggunakan slogan “Small Things With Great Love” (melakukan hal-hal kecil tapi dengan cinta kasih yang besar) dalam melayani Tuhan di India. Dengan slogan ini, ia terjun ke jalan-jalan, memberi makan orang-orang yang kelaparan, menyentuh orang-orang yang “terhina, ” mengangkat yang “terbuang.” Kasih yang besar yang dimaksud tentu menunjuk pada kasih Kristus yang telah diterimanya dalam hidupnya.
Sesungguhnya, ibu teresa adalah wanita biasa, yang sama dengan wanita lainnya. Ia tidak diciptakan menjadi seperti seorang super-woman. Namun yang membedakannya adalah ia memiliki cinta kasih yang besar.
Demikian juga dengan Akwila dan Priskila, yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 18, adalah orang-orang yang biasa, namun mereka mempunyai peran yang penting bagi gereja pada waktu itu. Mereka berasal dari Pontus, Italia. Mereka pindah ke Korintus dan berjumpa dengan Paulus. Bahkan, Paulus menginap di rumah mereka. Pada saat itulah, Paulus banyak mengajar dan membimbing Akwila dan Priskila.

1.     Panggilan untuk melayani Tuhan.
Dalam Roma 16:3, Paulus menyebutkan nama kedua tokoh ini, “Sampaikan salam kepada Priskila dan Akwila, teman-teman sekerjaku dalam Kristus Yesus.” Paulus menyapa mereka dengan sebutan “teman sekerja.” Istilah “teman-teman sekerja” berasal dari kata sunergos (dari kata ini, muncul kata sinergi). Paulus memandang mereka sebagai rekan kerja yang mendukung dan menyertainya dalam pelayanan.
Tubuh kita merupakan gambaran yang sangat jelas tentang sinergi. Tubuh kita terdiri dari berbagai organ. Bila setiap organ terpisah satu dari yang lainnya, maka organ-organ tubuh kita tidak dapat melakukan apa pun. Sebaliknya, ketika semua organ bersinergi, maka tubuh kita bisa melakukan hal-hal yang besar.
Demikian pula dengan sinergi di dalam pekerjaan Tuhan. Paulus menyadari bahwa ia tidak dapat mengerjakan tugas pemberitaan Injil dengan kekuatannya sendiri. Ia membutuhkan rekan-rekan yang lain. Karena itu, ia mengerjakannya secara bersinergi dengan orang-orang percaya lainnya. Diharapkan, dengan bersinergi, akan dapat membawa pengaruh dan dampak yang besar (lihat 1 Korintus 16:19, “jemaat di rumah mereka”).
Gereja kita pun demikian. Gereja kita membutuhkan sinergi yang kuat dari para rohaniwan, majelis dan seluruh jemaat sehingga kita dapat mengemban perintah Tuhan di dunia ini.
Dampak lain yang dirasakan Paulus dengan adanya sinergi ini adalah ia tidak merasa sendiri ketika berhadapan dengan berbagai pergumulan (Kisah Rasul 18:18). Salah satu kekuatan yang kita dapatkan ketika kita bergumul adalah adanya orang-orang yang hadir di tengah-tengah pergumulan kita. Kita merasa tidak sendirian. Tapi, kita menyadari bahwa kita memiliki teman untuk berbagi dan saling mendoakan. Akwila dan Priskila menjadi teman yang hadir di tengah-tengah pergumulan Paulus. Adakah kita bersedia hadir di tengah-tengah pergumulan yang dihadapi oleh saudara-saudara kita.
Bersinergi itu pun diperlukan dalam membangun keluarga yang kuat di dalam Tuhan. Bersinergi antara suami, istri dan anak-anak. Suami-istri bersinergi membimbing dan mendidik anak. Artinya, semuanya bergandengan tangan dan berjuang bersama untuk membangun keluarga yang mengasihi Tuhan. Kiranya kita memiliki komitmen untuk melakukan hal ini.

2.     Panggilan untuk membimbing dan mendidik orang-orang.
Perhatikan Kisah Rasul 18:26, “Ia [Apolos] mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah.” Akwila dan Priskila mengetahui bahwa ada yang kurang dalam pemahaman Apolos. Karena itu, mereka memutuskan untuk membimbing dan mendidik Apolos.
Alkitab menggunakan kata “dengan teliti menjelaskan”untuk menunjukkan bentuk bimbingan yang Akwila dan Priskila lakukan. Dalam bahasa aslinya, menggunakan kata “akribesteron.” Kata ini berasal dari kata akribos, yang berarti akurat, teliti dan seksama. Dengan kata lain, memiliki tingkat keakuratan yang sangat baik. Bahkan bentuk kata “akribesteron” menyatakan perbandingan, yakni lebih teliti lagi. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa Akwila dan Priskila merupakan orang yang tekun mempelajari Alkitab sehingga dapat menjelaskan firman Tuhan dengan baik.
Ini sesuatu yang unik, bahwa kedua orang ini (sebagai suami istri) memiliki kerinduan yang sama akan firman Tuhan. Mereka berdua bersama-sama menjadi murid yang dewasa. Mereka berdua bersama-sama melayani. Ini menjadi teladan yang sangat indah, dan patut ditiru. Hendaklah kita, sebagai suami istri, sama-sama memiliki kerinduan untuk bertumbuh.
Melihat adanya kekurangan pada pemahaman Apolos, maka Akwila dan Priskila tidak membiarkan begitu saja. Sebaliknya, mereka membimbingnya. Memang, tugas membimbing dan mendidik orang lain adalah tugas yang sangat berat. Kita akan berhadapan dengan karakter, kebiasaan dan pola pikir yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Dalam hal ini, kita membutuhkan kasih dan kesabaran yang besar. 
Perhatikan ayat 27, “Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya.” Dampak yang besar dari pembimbingan yang dilakukan oleh Akwila dan Priskila.
Mungkin Tuhan mempercayakan pada kita anak-anak kita untuk kita bimbing. Mungkin juga rekan kita atau teman di gereja kita. Bahkan mungkin tetangga kita. Mungkin kita sudah kehabisan kesabaran. Namun, hendaklah kita terus bersandar pada Tuhan. Kita tidak tahu bagaimana masa depan dari orang-orang yang kita bimbing sekarang ini. Mungkin saja, orang-orang yang kita bimbing akan dipakai oleh Tuhan untuk memajukan pekerjaan-Nya.  Bagian yang bisa kita lakukan hari ini adalah membimbing mereka dengan cinta kasih yang besar.
Kiranya Tuhan Yesus menolong kita untuk menjadi keluarga yang menjadi saluran berkat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khotbah - Zakheus - Hidup yang diubahkan Kristus

Ringkasan Khotbah: AJARKAN MEREKA MENGASIHI ALLAH (Keluarga)

Ringkasan Khotbah - Yesus Lebih Tinggi dari Segalanya (Ibrani 1:1-4)