Khotbah: Setia Sampai Akhir
Wahyu
2:8-11
Wahyu 2-3 merupakan pesan-pesan pastoral
dari Tuhan Yesus untuk tujuh jemaat yang ada di Asia Kecil. Salah satu pesan
tersebut ditujukan kepada jemaat di Smirna, yang pada waktu itu mengalami
aniaya karena iman mereka. Tuhan Yesus memberikan pesan ini untuk menghibur dan
menguatkan mereka, tapi juga mendorong mereka untuk tetap setia mengikut Yesus
(ay. 10).
Sebelum jemaat di Smirna menerima pesan
ini, mereka sudah setia kepada Yesus walau pun mereka harus menghadapi penganiayaan.
Melalui surat ini, Tuhan ingin agar mereka melanjutkan kesetiaan mereka, sampai
akhir hidup mereka. Tentu saja ini bukanlah perkara yang gampang untuk dilakukan.
Kata “setia” memiliki dua pengertian, yakni
pertama, mereka tetap mengikut Yesus, tidak berubah dan taat pada firman Tuhan.
Kedua, mereka dapat dipercayai. Maksudnya, selama menghadapi penganiayaan,
mereka didapati Tuhan sebagai orang-orang yang dapat dipercayai dalam hal
komitmen, kesungguhan, pengabdian, dsb., dan Allah menghendaki agar mereka
terus-menerus dapat orang yang dapat dipercayai hingga akhir hayat. Dua
pengertian ini saling melengkapi, yaitu Tuhan Yesus menghendaki agar mereka
menjadi orang-orang yang dapat dipercayai di dalam seluruh aspek hidup mereka,
termasuk di dalam kesetiaan kita kepada Kristus.
Tuhan pun meminta hal yang sama terhadap
diri kita. Ia menghendaki agar kita tetap setia kepada Yesus walau pun kita
menghadapi berbagai macam masalah. Masalah bisa membuat iman kita goncang.
Bahkan, kita pun menjumpai bahwa ada orang-orang yang meninggalkan Tuhan karena
berbagai masalah yang mereka hadapi. Tuhan menghendaki agar kita tetap setia
mengikut Tuhan, walaupun kita harus menghadapi berbagai masalah.
Mengapa kita harus setia sampai akhir?
1.
Karena
Tuhan Yesus adalah Allah yang kekal.
Salah satu nama
yang Yesus perkenalkan untuk diri-Nya “Yang Awal dan Yang Akhir” (ay. 8). Nama
ini mengandung makna kekekalan Yesus Kristus, bahwa Ia ada sebelum segala
sesuatu ada, dan Ia tetap ada walau pun segala sesuatu berakhir. Pengertian
lainnya adalah Ia yang telah mengawali segala sesuatu, dan Ia pula yang
mengakhiri segala sesuatu. Dengan kata lain, kita diminta oleh Tuhan Yesus
untuk setia pada diri-Nya yang adalah Allah itu sendiri.
Jika kita melihat
lagi perintah Allah di dalam Alkitab, maka kita menemukan bahwa Allah
menghendaki agar semua umat-Nya memiliki komitmen hanya kepada Allah. Namun,
kejatuhan manusia ke dalam dosa telah merusakkannya.
Kita berkomitmen
untuk setia kepada Allah karena Dialah yang menguasai hidup kita. Dialah yang
mengatur hidup kita. Karena itu, hidup kita bergantung penuh pada Allah.
2.
Karena
Tuhan Yesus adalah Penyelamat kita.
Nama
lain yang Yesus perkenalkan adalah “Yang Telah Mati dan Hidup Kembali” (ay. 8).
Nama ini membawa kita pada kisah kayu salib. Pengorbanan Yesus di kayu salib
membuktikan kasih dan kesetiaan Allah bagi kita, sehingga Ia mengorbankan
Anak-Nya yang tunggal untuk menebus kita. Jika Allah telah setia kepada kita,
bahkan apakah kita tidak mau setia kepada-Nya?
Dengan
kata lain, setia bukanlah sesuatu
yang menjadi pilihan, tapi panggilan kita. Setia bukanlah sesuatu
yang dilakukan atau tidak boleh dilakukan, jalan yang memang harus kita tempuh.
Apakah yang Yesus lakukan ketika kita taat untuk setia
pada-Nya?
Perhatikan ayat 9, “Aku tahu kesusahanmu
dan kemiskinanmu — namun engkau kaya — dan fitnah
mereka....” Melalui ayat ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa Ia tahu semua pergumulan dan penderitaan
yang kita alami. Ini menjadi penghiburan bagi kita bahwa Allah mengerti dan
mengetahui pergumulan yang kita hadapi. Pernyataan ini pun bukanlah basa basi,
karena Ia sendiri pernah mengalami penderitaan yang amat sangat (lih. ay. 8).
Ia pernah mengalami beban yang sangat berat. Ia pernah ditinggalkan. Ia pernah
merasakan beratnya beban yang harus dipikul. Karena itu, Ia mengerti dengan
jelas beban dan perasaan kita tentang pergumulan yang kita hadapi.
Selain Tuhan Yesus tahu, Ia pun hadir di
dalam segala pergumulan kita. Pernyataan Yesus “yang awal dan yang akhir”
menyatakan bahwa Ia hadir sejak awal pergumulan kita dan Ia akan tetap
menyertai kita ketika pergumulan itu berakhir. Itu berarti, Yesus bukan hanya
tahu, tapi Ia pun hadir di setiap pergumulan yang kita hadapi.
Komentar
Posting Komentar